Jumat, 01 Oktober 2021

Tugas Artikel kelompok 6

PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA      DARI SUDUT PANDANG ISLAM

  UNIVERSITAS PAMULANG
JLN. SURYA KENCANA NO.1 PAMULANG 
TANGERANG SELATAN_BANTEN
TLP/Fax : 0217412566

Kelompok 6 : - Rizal Yulianto (181010550881)

                        - Hafrizal Ryantiarno (181010551415)
      
                        - Aldi Prasetya (181010550956)

                         - Lilis Nuralita (181010551427)


Setiap rumah tangga Muslim dibangun berdasarkan niat untuk menyempurnakan ibadah. Oleh sebab itu sudah sepatutnyalah bila dalam rumah tangga, apapun yang bisa menyebabkan perselisihan atau konflik harus segera di selesaikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa di jaman sekarang banyak pasangan muda yang berumah tangga hanya mengandalkan cinta saja. Padahal faktor yang sering menjadi penyebab konflik adalah masalah ekonomi dan keuangan. Menjadi sesuatu yang realistis ketika kita tidak bisa menunda tuntutan perut, kebutuhan sandang, papan, dan pendidikan yang tidak murah. Semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Mereka lupa bahwa setiap rumah tangga adalah bertemunya dua individu yang berbeda secara kepribadian dan karakter dalam suatu ikatan perkawinan yang sah sehingga apabila terjadi konflik sudah barang tentu mereka akan menyelesaikannya dengan cara dan sudut pandang mereka masing-masing. Bukan keputusan yang bijak bila jalan keluar untuk itu adalah dengan meninggalkan cinta atau sekedar pontang panting mencari tambahan income. Jalan yang terbaik ketika keuangan tidak mencukupi kebutuhan keluarga adalah dengan berkomunikasi dan duduk bersama mencari solusi yang terbaik. Solusi yang menghasilkan keputusan untuk kepentingan bersama dan dalam koridor agama.

Disinilah pentingnya pasangan suami istri memahami prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen keuangan dalam sebuah rumah tangga yang dilihat dari sudut pandang Islam.

A.   Prinsip Keuangan Rumah Tangga Islam

Untuk mencapai komunikasi keuangan yang baik, menurut Dr. Setiawan Budi Utomo, tim ahli Direktur perbankan Syariah Bank Indonesia mengatakan, bahwa seluruh anggota keluarga harus memiliki satu pengertian yang sama tentang tiga prinsip dasar dari pengelolaan keuangan rumah tangga Muslim, yaitu:

1.  Berupaya mencari nafkah yang halal dan thayyib
Suami, istri maupun anak-anak harus saling mengingatkan dan mengontrol apa yang mereka dapat dalam ruma htangga.

2.  Hemat dan ekonomis
Salah satu langkah hebat orang tua dalam mendidik anak adalah berhemat dan tidak konsumtif.Disini harus ada proses komunikasi, komitmen bersama dan contoh nyata dari orang tua kepada anak.

3.  Membiasakan diri menabung untuk dunia dan akhirat
Setiap anggota keluarga harus sepakat untuk selalu menabung dan bersedekah dalam kondisi apapun itu.
Memang secara fitrah, sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 34, kewajiban memberi nafkah adalah tanggung jawab suami. Namun, dalam hal ini tetap di perlukan keterbukaan antara pasangan suami istri mengenai dari mana dan berapa besar penghasilan yang bisa di peroleh suami. Hal ini dimaksudkan agar si istri mengetahui seberapa besar tanggung jawab yang harus dipikul suami untuk menghidupi keluarganya. Lebih dari itu, istri jadi merasa dihargai dan dilibatkan secara total dalam kehidupan suami dan keluarga sehingga istri akan terpacu untuk mengelola pendapatan suami sebaik mungkin dan bahkan rela membantu mencari tambahan ekonomi bila memang keadaan mendesak.
Kebangkrutan tidak hanya dapat melanda perusahaan besar tetapi juga dapat terjadi pada perusahaan kecil bahkan terkecil sekalipun, misalnya seperti rumah tangga. Oleh sebab itu sudah sewajarnya bila dalam pengelolaan keuangan keluarga di perlukan suatu kesepakatan dan komitmen bersama antara suami dan istri.

B.   Mama Bos, Papa Bos
Pengelolaan keuangan di negara ini pada umumnya menganut dua tipe yaitu Mama Bos atau Papa Bos. Menurut konsultan keuangan dari Quantum Magna Finansial, Eka Agustina, pengertian diatas adalah :


- Mama Bos, yaitu ketika suami menyerahkan seluruh penghasilannya kepada istri. Istri yang mengatur dan mengelola semua keuangan rumah tangga karena istri di anggap mempunyai kemampuan untuk mengelola keuangan dari pada si suami.

- Papa Bos, yaitu ketika suami selain sebagai pencari nafkah juga sebagai pengelola keuangan keluarga karena si istri sadar punya kebiasaan boros. Pada tipe ini jangan lupa memperlihatkan daftar pengeluaran rutin bulanan kepada si suami agar dia tahu seberapa besar uang yang harus dia berikan kepada istri.
Lalu, manakah yang lebih baik diantara kedua tipe tersebut? Semua tergantung dari budaya keluarga, kesepakatan dan komitmen bersama dalam rumah tangga.

C.   Dokumentasikan Aset dan Cash Flow

Masalah yang banyak dialami oleh pasangan suami istri adalah tidak mendokumentasikan atau mencatat aset dan hutang mereka. Inilah yang sering menjadi alasan mengapa mereka rentan terhadap kebangkrutan. Padahal membuat catatan keuangan keluarga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan ekonomi keluarga.
Jadi, mulai sekarang langkah awal yang harus ditempuh adalah mendokumentasikan semua kekayaan yang dimiliki keluarga. Mulai dari aset lancar (tabungan, deposito, dll) sampai aset tidak lancar (emas, mobil,motor,rumah,tanah).Dari kekayaan yang ada itu adakah yang di biayai dari hutang?

Apabila kekayaan jumlahnya lebih besar dari pada hutang maka secara keuangan rumah tangga itu adalah hal yang positif.

Selanjutnya catatlah cash flow (semua penghasilan dan pengeluaran) setiap bulan.Penghasilan terdiri dari gaji bulanan, aset aktif dan pendapatan lainnya. Catat juga pengeluaran-pengeluaran untuk zakat dan rumah tangga, seperti biaya listrik, telepon, air, angsuran hutang, jajan anak, orangtua, pribadi, transportasi, belanja bulanan untuk rumah tangga, danlain-lain. Dari pencatatan ini akan kita ketahui seberapa banyak saldo yang kita peroleh dari penghasilan yang ada. Saldo inilah yang bisa kita investasikan untuk masa depan, misalnya untuk tabungan naik haji atau biaya pendidikan anak.

Bila setiap bulan terdapat saldo tetapi tabungan terus menipis maka segera ubah kebiasaan menabung diakhir periode menjadi di awalsetelah Anda menerimagaji. Idealnya penggunaan gaji untuk pengeluaran tiap bulan adalah sebagai berikut:
- maksimal 30% untuk membayar angsuran.
- minimal 10% untuk tabungan atau investasi.
- 40% untuk pengeluaran rutin rumah tangga.
- 20% untuk pengeluaran pribadi.

Bila kita sudah menggunakan teori-teori yang ada namun ternyata pada kenyataannya kita masih selalu dalam kondisi minus tiap bulannya maka jangan lantas mengambil kesimpulan bahwa gaji yang diperoleh adalah kurang. Cobalah untuk mengecek ulang pengeluaran yang ada, terutama pengeluaran pribadi. Banyak rumah tangga yang tidak menyadari bahwa pengeluaran pribadi mereka kadang melebihi batas yang seharusnya. Biasanya ini terjadi karena mereka melakukan gaya hidup yang belum sepantasnya. Artinya mungkin belum saatnya mereka membutuhkan suatu barang yang bukan merupakan kebutuhan pribadi mereka.

D.    KESIMPULAN
Dari uraian di atas jelas sekali bahwa
pengelolaan keuangan di dalam sebuah keluarga bukanlah tugas istri saja tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga, terutama bagi pasangan suami istri.
Lebih baik lagi apabila kesepakatan mengenai masalah keuangan keluarga bisa di lakukan sebelum menikah supaya pada saat berumah tangga tidak terjadi kesalahpahaman.
Keterbukaan, komunikasi dan kesepakatan bersama adalah prinsip yang harus dipegang teguh oleh masing-masing pasangan dalam mengelola keuangan keluarga. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa selalu menyisihkan 2,5% dari total penghasilan untuk zakat sebelum digunakan untuk pos-pos pengeluaran yang sudah ada.


Notes : Keuangan bukan soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, Tapi bagaimana kita bisa mengelolanya. Tidak peduli berapa banyak penghasilanya, jika kita tidak bisa mengelola keuangan itu. Maka semuanya akan menjadi habis percuma.
(Rizal Yulianto , Jakarta 2021)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar