Selasa, 15 Februari 2022

CERPENKU#01

 

KEYAKINAN CINTA KARENA ALLAH


Ketika cinta telah terucap hati akan merasa bahagia. Mungkin itulah yang biasa di katakan orang-orang. Tapi sebenarnya tidaklah sesederhana itu, terkadang cinta juga harus berani untuk mengambil resiko. Yaitu dengan meninggalkan orang yang kita cintai, dan berharap Allah akan mempertemukannya lagi jika memang sudah di gariskan.

Karena begitulah apa yang sedang ku alami saat ini. Dimana saat itu, lebih tepatya 6 bulan yang lalu, aku memberanikan diri mengambil tindakan untuk meninggalkan seorang perempuan yang cantik, santun, dan juga solehah. Yuningsih namanya, gadis berhijab yang mampu membuatku mengenal apa itu jatuh hati. Walaupun berat rasanya, tapi mungkin itulah jalan yang terbaik untuk kita berdua.

Ketika sedang berkumpul dengan teman-temanku, salah seorang teman terdekatku bertanya kepadaku perihal hubunganku degan Yuningsih.

“Gimana hubungan lu sama Yuningsih ?” Tanya temanku.                                       “Rumit” jawabku dengan singkat.           "Lah, yang bikin rumit lu sendiri”                   “Gw tuh sebenernya pengen nemuin dia, Cuma gw ga enak ud ngilang selama ini, ga ngasih kabar, ga nitipin pesan apa-apa, uda ngilang aja bagai telan bumi”                 “Nanti giliran Yuningsih ada yang lamar ngambek lu”                                                      “Gw si Cuma bisa berdoa kalo emang dia yang terbaik buat gw, Allah pasti akan nunjukin jalannya”      

“Terserah lu dah” jawab temanku dengan nada sedikit kesal.

Suatu hari di Kafe yang sekarang sudah menjadi milikku. Ya, milikku. Awalnya memang kafe ini milik temanku. tapi, saat itu ia sedang mengalami sedikit kesulitan finansial. Saat itulah aku membantu sedikit kesulitannya dan menawarkan untuk bekerja sama mengembangkan lagi kafe miliknya, dan melakukan Upgrede besar-besaran di kafe dengan sedikit sentuhan modern juga melatih kembali karyawan dengan mengenalkan konsep yang memang jarang atau bahkan tidak ada di kafe lain. Setelah berjalan selama beberapa minggu atau bulan, aku berinisiatif untuk membeli dan  mengambil alih seluruh aset yang ada di kafe ini. Temanku langsung menyetujuinya, dengan sedikit negosiasi harga, akhirnya kafe ini resmi menjadi milikku.

Saat kafe sedang dalam suasana yang cukup ramai, dan aku sedang memantau kafe dengan terjun langsung ke dalamnya. Saat itu secara tidak sengaja dan tidak pula di rencanakan, aku bertemu dengan perempuan yang selama ini selalu hadir dalam setiap doakku. Ya, aku bertemu dengan Yuningsih. Dia sedang berkunjung ke  kafe sendiri, atau mungkin bersama teman-temannya tapi dia datang lebih dulu dari teman-temannya itu.

“Masya Allah, mas Rizal” Katanya dengan mimik muka yang sangat terkejut.               

"Yuningsih, kamu apa kabar ?”                      “Kamu kemana aja selama ini, mas?”                                                               “Panjang ceritanya yun, lebih baik kita duduk dulu biar ngobrolnya lebih enak” Kataku sambil meminta salah seorang karyawanku untuk membawakan kami minuman.

Perbincangan pun terjadi antara aku dan dia. Dari mulai nanya kabar masing-masing, hingga aku yang megatakan kalau dia terlihat semakin cantik dan anggun. Dia pun hanya tersipu malu dan mulai mengeluarkan senyumnya yang memang sudah ku rindukan selama ini. Hingga akirmya, dia mulai bercerita bahwa ia selama ini mencariku karena memang aku sangat sulit untuk di hubungi. Dari menanyakan kepada kedua orang tuaku,teman-temanku, bahkan dia bercerita bahwa ia sempat hampir seharian penuh mencariku di temani oleh kakaknya.

Aku hanya bisa menunduk diam sambil bercerita dan menjelaskan alasan kenapa aku menghilang darinya, menghindar darinya dan meninggalkannya tanpa menitip pesan kepadanya. Aku juga menjelaskan alasan kenapa aku melakukan hal seperti itu. Aku berkata kepadanya, bahwa aku melakukan hal seperti itu setelah niat baikku untuk melamarnya di tolak oleh ayahnya. Karena saat itu ayahnya sempat mengatakan kepadaku bahwa aku hanya seorang pegawai biasa yang tidak punya kepastian di masa depan, dan juga sedikit jauh dari agama. Tidak lupa, aku juga menjelaskan kegiatanku selama aku menghilang darinya. Aku mengatakan kepadanya “Selama ini aku berusaha untuk memantaskan diri agar aku bisa bersanding sama kamu, Kafe ini adalah salah satu hasilnya. Aku tahu yeng aku lakukan ini mungkin salah di mata kamu. Karena seharusnya aku bicara dulu sama kamu, bukannya main pergi gitu aja”.

Di tengah-tengah pembicaraan yang serius ia malah berbicara yang membuatku sangat kaget.                  

“Mas, seminggu yang lalu . . . Doni datang melamarku dan ingin menjadikan aku sebagai istrinya” Sungguh saat itu aku sangat kaget bahwa Doni yang merupakan mantan yang pernah menduai bahkan telah menyakitinya, dengan beraninya datang untuk melamar.                                   “Terus, kamu terima lamarannya Doni” jawabku                                                              “Ayahku menerima lamarannya Doni” What? . . . Bagaimana aku tidak kaget, Ayahnya menerima lamarannya Doni yang jelas-jelas pernah menyakiti anaknya. Dan menolak niatanku untuk melamar anaknya padahal sekali saja saat itu aku tidak pernah sama sekali menyakiti anaknya.

“Entahlah Yun, aku bingung mau jawab apa. Aku selalu berdoa, jika memang kita di takdirkan untuk bersama. Insha Allah akan ada jalannya, aku cuma bis. . . .” Belum sempat aku menyelesaikan jawbanku ia langsung menyelanya.                                                                                      “Ayahku memang menerima lamarannya. Tapi, aku dengan tegas menolak lamarannya Doni”    

“Beneran ? Kamu menolak lamarannya Doni ?” Ia pun hanya menjawab dengan anggukan.   

“Alhamdulillah, Ya Allah” Kataku, dengan sedikit mengeluarkan air mata tanda bahagia.                         

“Aku menolak lamarannya, karena aku yakin kalo Allah akan mempertemukan kita lagi. Dan sekarang Allah sudah mengaturnya agar aku sama mas bisa ketemu lagi”

Sungguh bahagia aku mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan tadi. Setelah obrolan panjang kita, akhirnya untuk mengakhiri pertemuan yang tidak di sangka-sangka olehku bahkan oleh Yuningsih juga. Aku mengatakan kepadanya “Terima kasih atas keyakinan kamu kalo kita akan bisa bertemu lagi. Aku janji ga akan ninggalin kamu. Aku juga janji kelak Insha Allah kita menikah, di situlah aku akan jadi imam yang baik buat kamu” Kataku dengannada yang serius.      “Aku yakin kalo kita akan bisa bersama, karena aku sudah pernah melakukan Istiharah. Allah memberikan jawaban kalo mas akan menjadi imam aku dan aku akan menjadi makmumnya”

Doa yang selama ini aku lakukan tidak sia-sia. Allah benar-benar sudah mengabulkan doa yang selama ini ku panjatkan, bahkan di sepertiga malamnya. Memang benar cinta yang di sandarkan atas nama Allah, maka biar Allah sendiri yang akan menyatukan kedua insan itu untuk di satukan dengan ikatan suci yang di sebut dengan “PERNIKHAN”.


selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar